Budaya
Beranda » Tari Likok Pulo: Warisan Budaya Aceh yang Penuh Makna dan Irama

Tari Likok Pulo: Warisan Budaya Aceh yang Penuh Makna dan Irama

ist

Tari Likok Pulo merupakan salah satu warisan budaya takbenda dari Provinsi Aceh, khususnya berkembang di wilayah Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Nama “Likok Pulo” berasal dari kata “likok” yang berarti gerakan tari, dan “pulo” yang berarti pulau, merujuk pada asal usul tarian ini di Pulau Breuh atau Pulau Beras.

Sejarah dan Asal Usul
Tarian ini diyakini muncul sekitar tahun 1849 dan diperkenalkan oleh seorang ulama dari Timur Tengah bernama Syekh Ahmad Badron, yang terdampar di Pulo Aceh. Melihat kecintaan masyarakat setempat terhadap seni dan musik, Syekh Ahmad Badron memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk menyampaikan ajaran Islam melalui syair-syair yang sarat pesan moral dan keagamaan.

Komposisi dan Gerakan
Tari Likok Pulo biasanya dibawakan oleh sekelompok pria yang duduk bersimpuh membentuk formasi lurus atau setengah lingkaran. Gerakan tarian ini mengandalkan koordinasi tubuh bagian atas, seperti tangan, kepala, dan badan, yang bergerak secara sinkron mengikuti irama tepukan dan lantunan syair dalam bahasa Aceh. Penari utama, yang disebut “syekh”, memimpin pertunjukan dengan menyanyikan syair-syair yang mengandung pesan-pesan keagamaan dan moral.

Musik dan Iringan
Keunikan Tari Likok Pulo terletak pada penggunaan tubuh sebagai instrumen musik utama. Para penari menghasilkan irama melalui tepukan tangan dan tubuh, serta lantunan vokal yang harmonis. Dalam beberapa pertunjukan, alat musik tradisional seperti rapai digunakan untuk menambah kekayaan irama. Syair-syair yang dinyanyikan biasanya berisi pujian kepada Tuhan, ajakan untuk hidup bermoral, serta nasihat-nasihat kehidupan.

Makna dan Simbolisme
Tari Likok Pulo bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan juga sarat dengan nilai-nilai sosial dan spiritual. Gerakan yang kompak mencerminkan pentingnya kerjasama dan persatuan dalam masyarakat. Syair-syair yang dilantunkan mengandung pesan-pesan keagamaan dan moral, menjadikan tarian ini sebagai media dakwah yang efektif. Selain itu, tarian ini juga digunakan dalam berbagai upacara adat, peringatan hari besar Islam, dan penyambutan tamu kehormatan, menunjukkan peran pentingnya dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Pemko Lhokseumawe Bagikan Bendera Merah Putih dan Resmikan Bahasa Aceh untuk Pelayanan Publik

Pelestarian dan Perkembangan
Seiring perkembangan zaman, Tari Likok Pulo terus dilestarikan oleh berbagai komunitas seni di Aceh. Upaya pelestarian dilakukan melalui pelatihan bagi generasi muda, pementasan di berbagai acara budaya, serta dokumentasi dalam bentuk tulisan dan rekaman. Tarian ini juga memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata budaya, menarik minat wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat kekayaan budaya Aceh.

Editor: Ody Cempeudak
Dikutip dari berbagai sumber

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement