Jakarta – Masyarakat sipil memberikan sejumlah catatan kritis menanggapi rencana Presiden RI Prabowo Subianto yang ingin bertemu dengan tokoh atau penggagas tagar Indonesia Gelap dan Kabur Aja Dulu yang sempat viral beberapa waktu lalu.
Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Julius Ibrani, menyambut baik inisiatif Prabowo untuk membuka ruang dialog guna memahami konstruksi gerakan tersebut. Namun, ia memberikan beberapa catatan penting.
Pertama, Julius menegaskan bahwa pertemuan tertutup antara Prabowo dan penggagas gerakan akan mengubah posisi presiden dari pemangku kepentingan publik menjadi ranah privat.
“Ini tidak boleh dan tidak baik,” ujarnya, Selasa (08/04/2024).
Dialog terbuka, menurutnya, penting agar publik juga memahami maksud gerakan tersebut.
Kedua, Julius meminta Prabowo berkoordinasi dengan kementerian-kementerian terkait sebelum melakukan klarifikasi.
“Tanya ke kementerian-kementerian, misalnya, kenapa ruang publik diisi tentara, atau mengapa masyarakat sipil merasa terus direpresi,” jelasnya.
Tanpa pemahaman utuh dari internal pemerintah, diskusi dengan penggagas gerakan dinilai tidak akan menyelesaikan masalah.
Julius juga menyoroti pernyataan Prabowo, “Ayo, jangan kabur-kabur, kita bangun Indonesia sama-sama.”
Menurutnya, partisipasi publik adalah kunci. “Kalau tidak diperkuat, percuma diskusi dengan penggagas gerakan, masalah tidak akan selesai,” tegasnya.
Dinilai Hanya Gimik
Herdiansyah Hamzah dari Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) menilai rencana Prabowo sebagai upaya pencitraan belaka. “Kalau serius, evaluasi saja kebijakan yang tidak pro-rakyat, seperti anggaran pendidikan, program makan gratis, atau korupsi,” ujarnya.
Ia juga mengkritik keinginan Prabowo menggelar pertemuan tertutup.”Gerakan masyarakat sipil justru menginginkan transparansi. Dialog tertutup malah menimbulkan kecurigaan,” kata Herdiansyah, yang akrab disapa Castro.
YLBHI: Prabowo Harus Manfaatkan Intelijen
Ketua YLBHI, M. Isnur, menilai seharusnya Prabowo bisa memperoleh aspirasi publik melalui data intelijen yang akurat.
“Saya khawatir intelijen tidak memberikan data benar, sehingga muncul asumsi gerakan ini dibayar atau didalangi asing,” ujarnya.
Isnur menegaskan, mustahil gerakan yang melibatkan puluhan kota hanya dibayar. “Pemerintah seolah tidak punya alat untuk mendengar suara masyarakat karena tertutup buzzer dan informasi keliru dari bawahan,” tandasnya.
Rencana Prabowo
Sebelumnya, dalam wawancara dengan tujuh jurnalis senior di Hambalang, Bogor (06/04/2025), Prabowo mengungkapkan keinginannya bertemu penggagas gerakan Indonesia Gelap dan Kabur Aja Dulu. Namun, ia ingin pertemuan dilakukan tertutup.
“Saya mau dialog, tapi mungkin tidak usah di publik. Mari kita bahas. Kalau memang Indonesia gelap, mari kita kerja agar tidak gelap,” kata Prabowo.
Ia juga menyayangkan narasi negatif seperti “Jokowi salah, Prabowo goblok” yang dinilainya tidak konstruktif.
Komentar