ACEH SINGKIL – Seorang istri di Aceh Singkil, Aceh, harus menelan pil pahit setelah suaminya yang baru saja lolos sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) mengusir dan menceraikannya. Padahal, selama ini sang istri setia mendampingi suami dari nol hingga meraih kesuksesan. Pemicu perceraian ini ternyata berawal dari hal sepele: suami marah karena tidak menemukan lauk di meja makan saat pulang ke rumah.
Kisah ini menjadi viral di media sosial setelah sang suami, yang berasal dari Aceh Singkil, menceraikan istrinya menjelang pelantikan PPPK. Pernikahan mereka yang telah berjalan selama lima tahun kini kandas, diduga karena status baru sang suami sebagai PPPK.
Kronologi Perceraian: Dari Pertengkaran Kecil hingga Talak
Melda Safitri (nama disamarkan), sang istri, menceritakan perubahan sikap drastis suaminya setelah dinyatakan lolos PPPK. Padahal, Fitri-lah yang selama ini berjuang mendukung suami, termasuk membelikan seragam Korpri untuk pelantikan dari hasil jualan sayur dan gorengan. Namun, semua pengorbanannya seolah tak dihargai.
Fitri mengisahkan, pemicu awal perceraian adalah pertengkaran kecil pada 14 Agustus, tiga hari sebelum suaminya menerima SK PPPK. Saat itu, suami pulang sore dan marah karena tidak ada lauk di meja makan. “Dia marah-marah, bilang tidak ada ‘kawan nasi’ di rumah. Saya bilang, bagaimana mau masak kalau tidak ada apa-apa di rumah?” ujar Fitri.
Kemarahan suami tak berhenti di situ. Ia melontarkan kata-kata kasar yang membuat Fitri merasa direndahkan. Malam itu, suami memilih pergi bersama teman dan baru pulang larut malam. Keesokan harinya, pertengkaran berlanjut. Merasa tersakiti, Fitri akhirnya membalas ucapan suami yang dianggap menyakitkan. “Saya bilang, ‘Kamu tidak bawa belanja, tidak kasih nafkah, apa yang mau dimasak?’ Dia terus memancing emosi saya,” ungkap Fitri.
Saat Fitri sedang mencuci piring, suami diam-diam mengemas pakaiannya, meminjam motor tetangga, dan kembali ke rumah hanya untuk menjatuhkan talak. “Dia bilang, ‘Kamu, Fitri, saya ceraikan 1, 2, 3,’ lalu pergi membawa bajunya,” kenang Fitri dengan nada pilu.
Tiga hari kemudian, pada 18 Agustus, suami Fitri resmi dilantik sebagai PPPK. Menurut Fitri, perceraian ini bukan hanya karena masalah rumah tangga, melainkan karena suami merasa sudah “berjaya” dengan status barunya.
“Dia ceraikan saya karena mau jabatan. Padahal kami berjuang bersama. Saya berharap setelah dia dilantik, kami bisa memperbaiki perekonomian keluarga, tapi harapan itu pupus,” ungkapnya.

Setia Temani dari Nol, Istri di Aceh Singkil Diceraikan Suami Usai Lolos PPPK Gegara Tak Ada Lauk di Meja
Pengorbanan Fitri yang Tak Dihargai
Fitri menuturkan bahwa ia rela berjualan cabai, sayuran, dan gorengan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk membiayai atribut pelantikan suami. “Baju Korpri itu saya beli dari hasil jualan. Dia pesan di Shopee, tapi saya yang bayar. Saya bantu dia dari nol sampai lolos PPPK, tapi justru ditinggal sebelum SK diterima,” tuturnya dengan nada kecewa.
Dua bulan setelah diceraikan secara lisan, Fitri kini berjuang sendiri menghidupi dua anaknya yang masih kecil dengan berjualan gorengan dan minuman seharga seribu rupiah di depan rumahnya. Ia juga mengungkapkan bahwa pernikahannya sejak awal tidak direstui mertuanya, yang kerap mencampuri urusan rumah tangga mereka. “Dulu suami pernah bantu saya cuci piring, tapi mertua bilang ke tetangga kalau anaknya ‘dibudak-budak’ oleh saya,” kenang Fitri.
Meski kecewa, Fitri menegaskan bahwa ia tidak akan rujuk jika suami suatu saat meminta kembali. “Saya tidak malu menceritakan ini. Saya hanya ingin dihargai sebagai istri yang sudah berjuang untuk keluarga,” tegasnya.
Upaya Mediasi dan Dukungan untuk Fitri
Fitri dan suami sempat menjalani mediasi yang disaksikan kedua orang tua dan Kepala Desa, namun suami tetap bersikeras menceraikan.
“Dia bilang sudah lama ingin menceraikan saya, tapi baru bilang saat mediasi. Padahal dulu saya sedang hamil,” ujar Fitri.
Ia juga telah melapor ke berbagai pihak untuk mencari keadilan, namun belum mendapat solusi.
“Saya sudah ke sana kemari, tapi cuma dipandang sebelah mata,” keluhnya.
Kisah Fitri mendapat perhatian luas, termasuk dari Gerakan Nasional Perlindungan Perempuan dan Anak (Germas PPA). Wakil Ketua Umum Germas PPA, Rica Parlina, menegaskan komitmen organisasinya untuk memberikan pendampingan hukum dan psikologis kepada Fitri dan anak-anaknya.
“Kami akan berjuang bersama AMSA dan pihak terkait agar suami Ibu Fitri mendapat pelajaran setimpal. Kasus ini bukan hanya soal rumah tangga, tapi juga menyangkut hak perempuan dan anak yang harus dilindungi negara,” ujar Rica melalui unggahan video di Facebook pada Selasa (21/10/2025).
Empat Faktor Umum Penyebab Perceraian
Perceraian sering menjadi jalan terakhir ketika masalah rumah tangga tak kunjung terselesaikan. Merujuk Times of India, berikut empat penyebab umum perceraian:
- Komunikasi Buruk Kurangnya komunikasi membuat pasangan tidak lagi saling menjaga dan menyayangi. Tanpa komunikasi yang baik, kesalahpahaman mudah muncul dan memperlebar jarak antar pasangan.
- Hilangnya Rasa Hormat Ketidakpatuhan, penghinaan, atau bahkan kekerasan dalam rumah tangga menunjukkan hilangnya empati dan rasa hormat, yang dapat menghancurkan hubungan.
- Ketidakstabilan Ekonomi Pengelolaan keuangan yang buruk atau kecurangan finansial oleh salah satu pihak sering memicu konflik. Diskusi terbuka soal keuangan sebelum menikah dapat mencegah masalah ini.
- Kata-kata Menyakitkan Ucapan yang merendahkan, seperti menyalahkan pasangan atas masalah rumah tangga atau pelecehan verbal, dapat menyebabkan stres dan memudarkan nilai pernikahan.
Kisah Fitri menjadi pengingat bahwa perjuangan seorang istri sering kali tidak sebanding dengan penghargaan yang diterima, terutama ketika kesuksesan pasangan justru menjadi awal perpisahan. (Ody Cempeudak)



Komentar