Opini
Beranda » Literasi Digital Islami: Benteng Generasi Muda Aceh di Era Media Sosial

Literasi Digital Islami: Benteng Generasi Muda Aceh di Era Media Sosial

Foto: Istimewa

OLEH : Dr. Muhammad Syarif, S.Pd.I, MA

Dunia digital telah merubah lanskap kehidupan, media sosial menjadi ruang publik virtual yang tak terpisahkan dari keseharian kita. Kemajuan teknologi ini menawarkan peluang luar biasa, dari mempererat silaturahmi hingga mengakses informasi global. Namun, di balik kemudahannya, media sosial menyimpan potensi bahaya yang signifikan, khususnya bagi generasi muda Aceh yang rentan terhadap pengaruh negatif.

Generasi muda Aceh, dengan latar belakang budaya dan agama yang kuat, memiliki tanggung jawab moral untuk memanfaatkan media sosial secara bijak. Bukan sekadar menjadi konsumen pasif informasi, mereka harus menjadi agen perubahan yang menyebarkan nilai-nilai positif, menjaga marwah Islam dan budaya Aceh di ranah digital.

Namun, kenyataannya, banyak di antara mereka yang masih terjebak dalam penggunaan media sosial yang tidak bertanggung jawab. Penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah semakin marak, mengancam keutuhan sosial dan merusak citra Aceh.

Islam, sebagai pedoman hidup, memberikan kerangka etis yang komprehensif untuk berinteraksi di dunia maya. QS. Al-Hujurat (49):6 mengajarkan kita untuk memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, mencegah penyebaran berita bohong yang dapat menimbulkan fitnah dan perselisihan. Hadits Rasulullah SAW yang menekankan pentingnya menjaga lisan dari hal-hal yang menyakitkan juga relevan dalam konteks media sosial. Ujaran kebencian, ghibah, dan komentar negatif tidak hanya melanggar etika bermedia sosial, tetapi juga bertentangan dengan ajaran Islam.

Oleh karena itu, literasi digital yang berbasis nilai-nilai Islam menjadi keharusan bagi generasi muda Aceh.

Ody Cempeudak Ajak Persatuan Hadapi Sengketa Empat Pulau Aceh: “Kajeut Takeubah Bangai Nyan Siat”

Ini bukan hanya tentang memahami teknologi, tetapi juga mengaplikasikan prinsip-prinsip akhlak mulia dalam berinteraksi di dunia maya. Mereka harus mampu membedakan informasi yang benar dari yang salah, menghindari konten negatif, dan menggunakan media sosial sebagai sarana untuk kebaikan, seperti menyebarkan ilmu pengetahuan, mempromosikan budaya Aceh, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Pemerintah, lembaga pendidikan, dan tokoh masyarakat memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi digital di kalangan generasi muda Aceh. Program-program edukasi yang menekankan etika bermedia sosial dalam perspektif Islam perlu digalakkan. Selain itu, upaya untuk membangun platform digital yang positif dan kondusif juga perlu dilakukan.

Generasi muda Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan di era digital. Dengan bijak memanfaatkan media sosial, mereka dapat menjadi duta budaya Aceh yang menyebarkan nilai-nilai positif, menjaga keutuhan sosial, dan membangun

citra Aceh yang lebih baik di mata dunia. Mari bersama-sama kita dorong generasi muda Aceh untuk menjadi pengguna media sosial yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia.

Penulis : Dr. Muhammad Syarif, S.Pd.I, MA
Dosen FAI Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh

Polemik Kepemilikan Empat Pulau di Perbatasan Aceh dan Sumatera Utara Makin Memanas

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement