AWT – Paul Biya, yang kini berusia 92 tahun, kembali menjabat sebagai Presiden Kamerun untuk periode kedelapan, menjadikannya pemimpin tertua di dunia saat ini setelah wafatnya Ratu Elizabeth II. Biya telah memimpin negara di Afrika Tengah ini selama lebih dari empat dekade.
Menurut laporan AFP pada Senin (27/10/2025), Dewan Konstitusi Kamerun mengumumkan bahwa Biya memenangkan pemilu dengan perolehan 53,7% suara, mengungguli pesaing terdekatnya, Issa Tchiroma Bakary, yang memperoleh 35,2% suara. Pengumuman ini menegaskan kelanjutan kekuasaan Biya, yang telah berlangsung sejak 1982.
Pemilu yang digelar pada 12 Oktober lalu menampilkan 11 kandidat, namun kampanye Biya mayoritas dilakukan secara virtual, sesuai dengan citranya sebagai sosok tertutup yang kerap dijuluki “sphinx.” Kampanyenya dimulai pada 27 September melalui unggahan video di media sosial, yang oleh sejumlah pengamat diduga menggunakan elemen buatan kecerdasan buatan. Akun X resmi Biya juga kerap memposting foto-foto lama dan kutipan berulang, alih-alih penampilan langsung.
Menjelang akhir masa kampanye, Biya melakukan kunjungan ke Maroua di wilayah Utara Jauh, yang selama ini dianggap sebagai basis pendukungnya. Namun, di wilayah tersebut, beberapa mantan sekutunya justru mencalonkan diri untuk menantangnya.
Biya pertama kali menjadi presiden pada 1982, saat dunia masih berada di tengah Perang Dingin dan Ronald Reagan menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Sebagai presiden kedua Kamerun pasca-kemerdekaan dari Prancis pada 1960, Biya dikenal memerintah dengan otoritas kuat, mengendalikan penunjukan pejabat tinggi, dan menekan oposisi politik maupun pemberontakan bersenjata.
Meski pernah dihormati sebagai tokoh diplomatik, kepemimpinan Biya belakangan menuai sorotan dari PBB dan negara-negara Barat. Ia juga kerap menghadapi rumor mengenai kondisi kesehatannya dan jarang tampil di depan umum. Namun, di tengah tantangan seperti ketimpangan ekonomi, gejolak sosial, dan konflik separatis, Biya tetap mampu mempertahankan kekuasaannya.
“Dalam sekejap saja akal sehat bisa hilang, dan semua berakhir,” ujar Biya dalam wawancara dengan seorang jurnalis, mencerminkan pendekatan pemerintahannya yang penuh kewaspadaan. (Sumber: AFP)
Editor : Ody Cempeudak



Komentar